Selasa, 11 November 2014

Izinkan aku bersamamu. part2

1 tahun kujalani hubungan ini dengan Stella, dia masih cantik seperti dulu. Banyak yang ingin mendekatinya termasuk Gerry, dia satu sekolah dengan Stella. aku melihatnya saat akan menjemput Stella di sekolahnya. Aku hanya melihat dari kejauhan, mungkin aku nggak pantes buat cewek sebaik dan secantik Stella kataku dalam hati. Tak lama kemudian Gerry pun pergi dan aku segera mendatangi Stella,

“maaf telat sayang, tadi sepeda motorku macet”

“iya gapapa kok, duh kamu pasti capek banget ya” katanya sambil mengusap keringatku dengan tisu

“enggak kok, mau pulang sekarang ?”

“yuk” katanya sambil naik motorku. Saat di perjalanan pulang, aku menghentikan sepeda motorku di tengah sawah yang hijau dan asri.

“kok berhenti Rang ?” tanya Stella keheranan.

“itu tadi siapa ?” tanyaku.

“itu? apaan sih”

“cowok yang tadi sama kamu”

“oh itu Gerry, dia teman sekelasku. Kenapa emang ?”

“gapapa kok, Cuma nanya”

“cemburu ya ?? ciee pacarku bisa cemburu juga”

“ya jelas bisa lah, aku kira dia pacar kamu”

“lah kok gitu sih, pacarku kan Cuma kamu seorang Ranggaaaaaa”

“yang bener nih ?”

“iya bener suer deh”

“aku cuma takut aja kamu nggak setia, aku tau siapa aku dan kamu Stell. Kita jauh berbeda” kataku sambil menundukkan kepala.

“enggak Rang, aku nggak lihat dari status sosial kamu. Aku sayang kamu Rang, aku janji bakalan setia sama kamu” katanya sambil memelukku.

“aku harap yang kamu bilang itu bener Stell”

“aku janji bakalan jaga hubungan kita Rang, aku harap kamu juga nggak menghianati aku”

“aku sayang banget sama kamu Stell” kataku sambil membalas pelukannya.

****************
Keesokan harinya di sekolah, tiba tiba saat aku mengerjakan tugas, Melody mendatangiku dan menyapaku.

“hai Rang, lagi nagapain?”.

Aku tidak menjawabnya karena aku masih benci dengannya

“yah ditanya diem aja, serius banget ya” katanya sambil duduk di bangku depanku.

“iya Mel, lagi sibuk” jawabku singkat.

“aku boleh bantu ?”

“ga usah Mel, ini juga mau selesai”.

Tiba tiba Raka datang ke kelasku spontan saja aku langsung menyapanya agar aku bisa menjauh dari Melody.

“woi bro, temenin gue ke kantin yuk”

“tapii ...”

“udahlah temenin gue, ntar gue beliin lu deh”

“iyadeh ayo” dan kami pun pergi ke kantin

Saat di kantin, raka bertanya padaku

“ada apaan sih tadi ?”

“nggak ada apa-apa kok, emang kenapa ?”

“tadi gue lihat Melody lagi nemenin lu”

“nggak usah dibahas, males gue”

“iye deh iye”

****************





Beberapa hari kemudian saat pelajaran olahraga, kami akan bermain bola volly. Setelah pemanasan maka dibagi 2 grup yang akan bertanding yaitu tim putra melawan tim putri. Dan saat bermain aku tidak sengaja melakukan smash yang paling keras dan itu mengenai Melody yang membuatnya pingsan.

“wah gawat nih” kataku dalam hati.

Seketika aku berlari menghampiri Melody dan benar dia pingsan. Aku segera membawanya ke UKS agar dia dirawat. Dan sebagai wujud rasa tanggung jawabku, aku menemaninya sampai siuman.

“aduh dimana ini ...” kata dellia saat siuman.

“kamu di UKS Mel, maaf tadi aku beneran nggak sengaja”

“iya Rang gapapa kok” katanya sambil tersenyum.

“nah sekarang karena kamu udah siuman, aku tinggal dulu ya”

“bentar dong, temenin aku sampai pusingku ilang”.

Karena aku juga yang salah maka aku pun menuruti permintaannya.

“kamu udah punya pacar Rang ?”

“udah” “siapa dia ? aku pengen tau”

“yang pasti dia cewek yang setia Mel”

“wah pasti beruntung ya dia dapetin kamu. Kamu baik, cowok yang setia, nyesel aku udah sia siain kamu dulu Rang”

“udahlah ga usah bahas masa lalu. Lagian kamu udah nemu cowok yang lebih baik”

“Yudha nggak sebaik yang aku kira Rang, maafin aku ya Rang”

“iya gapapa kok”.

Dan bel masuk mata pelajaran baru pun berbunyi.

“Mel aku tinggal dulu ya, aku ada tugas buat presentasi di kelas”

“iya Rang, ntar pulang anterin aku ya .Aku masih pusing” lagi lagi aku berada di situasi yang harus aku turuti.

“iya Mel , ntar aku dateng kesini lagi”



.

Sepulang sekolah aku segera ke UKS untuk menjemput Melody.

“hai Mel , gimana keadaan kamu ?”

“udah agak baikan Rang, tapi masih pusing”

“yaudah ayo pulang” kataku sambil membantunya untuk bangun.

Dan akhirnya kami pulang berdua hari itu.Tak lama kemudian kami sampai di rumah dellia, namun saat aku akan pamitan Melody menghalangiku.

“bentar Rang, ada yang pengen aku bicarain”

“ada apa Mel” kataku sambil mematikan motorku

“makasih yah Rang”

“sama sama Mel”

“aku ngerasa bersalah udah bikin kamu sedih dulu”

“gapapa kok mel, aku udah maafin kamu”

“tapi ....”

“tapi kenapa ?”

“aku ingin kita kayak dulu Rang. Aku pengen saat aku dan kamu masih menjadi kita”

“maaf Mel, tapi aku ga bisa”

“please Rang, aku nggak akan kayak dulu lagi”

“maafin aku Mel, tapi kejadian itu udah cukup membuatku terpukul. Kita ambil jalan masing masing aja”

“aku minta maaf Rang, kamu boleh tampar aku sekarang kok Rang”

“ga perlu mel. Yaudah aku pergi dulu, ada urusan lain”

“jadii ....”

“maaf aku ga bisa Mel” kataku sambil tersenyum dan meninggalkan Melody.

Kulihat mata Melody sudah mulai berkaca-kaca saat aku menolaknya.

******************


Keesokan harinya sepulang sekolah aku segera menjemput Stella seperti biasanya.

“hai sayang” sapaku. Namun dia hanya diam

“kok cuek sih? aku kan nggak telat jemputnya”. Tetap tak ada jawaban. Aku segera menyalakan motorku dan mengantar Stella pulang. Saat ditengah jalan, aku mencoba bertanya lagi.

“sayang, kamu kok diem mulu sih, ada apa?, dia tetap tak menjawab.

“oke deh, kalo gini caranya”, aku mengehentikan motorku di pinggir jalan.

“loh kok berhenti” tanya Stella.

“abisnya kamu nggak bicara dari tadi”

“apa itu penting buat kamu tau ?”

“ya jelas lah, aku kan pacar kamu”

“oke !, aku kemarin lihat kamu boncengan sama cewek lain, dia siapa ?”

“oh jadi ceritanya cemburu nih? oke oke. Dia temen aku, dia lagi sakit dan aku nganterin dia pulang”

“kok harus kamu ? apa nggak ada yang lain ?”

“bukan gitu, kan aku yang bikin dia sakit gara gara aku smash pakai bola volly kenceng banget”

“beneran ?”

“beneran sayang, aku nggak bohong. Apa pernah sih aku bohong sama kamu”

“awas aja kalo bohong”

“enggak lah, senyum dulu dong”. Dia pun tersenyum dan kami melanjutkan perjalanan

*******************
Seminggu kemudian........
seperti biasa aku selalu menjemput Stella sepulang sekolah. Namun kali ini berbeda, dia tidak ada di sekolahnya. Aku melihat jam tanganku, dan kurasa aku nggak terlambat jemput dia.

“kemana ya dia” kataku dalam hati





Dan aku pun segera mencari ke tempat dia biasa jalan jalan dengan temannya. Aku mencoba SMS dia namun tidak juga dibalas, dan ternyata dia ada di sebuah restoran dengan seseorang. Segera saja aku parkirkan motorku dan melihat lebih dekat, ternyata dia bersama Gerry, cowok yang berusaha mendekati Stella. Dan mereka tampak asyik ngobrol berdua disana. Seketika remuk hati ini, dan dengan perasaan gelisah aku memutuskan untuk pulang saja.

*******************

Malam harinya Stella SMS aku, dia hanya tanya kenapa aku tidak menjemputnya hari itu , namun aku tidak membalasnya. Masih sakit hati gara gara peristiwa hari itu, dan aku memutuskan untuk me-nonaktifkan HPku.


 *******************


2 minggu setelah kejadian itu, aku tidak lagi menghubungi Stella. Aku tidak menjemputnya lagi , bahkan aku menganggap hubungan kami telah selesai. Sepulang sekolah aku langsung ke halte dekat sekolah karena hari itu aku tidak membawa sepeda motor, setelah cukup lama menunggu akhirnya bus yang kutunggu datang juga. Tak berapa lama , aku sudah sampai ke halte dekat rumahku, halte tempatku bertemu dengan Stella dulu, aku memutuskan untuk duduk duduk dulu di halte itu sambil mengingat Stella, tapi 10 menit kemudian datang seorang ibu sambil menangis dan membawa sesuatu di tangannya. Dan dia duduk di halte tempatku menunggu bus, merasa kasihan aku pun bertanya padanya.

“bu kenapa nangis ?”

“saya telah kehilangan mutiara yang paling berharga di hidup saya”

“ibu abis dirampok ya ?”

Dia tidak menjawab, mungkin “mutiara” yang dimaksud adalah seseorang.

“kalau boleh saya tau yang ibu maksud mutiara itu siapa ?”

“dia anak saya”

“yang sabar ya bu , semua itu titipan Tuhan , ibu yang ikhlas ya”.

 dia terus menangis, aku melihat ke benda yang dipegang ibu itu.

“bu apa yang ibu bawa ?”

“ini adalah peninggalan terakhir anak saya sebelum dia pergi, dan saya harus memberikan ke orang yang tepat”

“bolehkah saya melihatnya bu ?”

“tentu nak” katanya sambil memberiku sebuah amplop ungu yang cantik. Pelan pelan aku membukanya dan aku sangat terkejut karena ada foto Stella disana. Seketika aku membaca surat yang ada di dalamnya
Isi surat :
Hai Rangga :-)
masih inget aku kan ? Aku Stella, gadis yang dulu kamu temui di halte, seorang gadis yang dulu pernah kamu beri sebuah jaket abu abu yang bertuliskan "LA Lakers", seorang gadis yang pernah berada di hatimu dan seorang gadis yang sedang berjuang melawan sakit yang ia alami
Maaf aku mungkin membuatmu marah sampai sampai kamu meninggalkanku, mungkin kamu melihat saat aku bersama Gerry waktu itu. Tapi jujur kami hanya sekedar makan berdua , tidak lebih dari itu Rang.
Aku tau kamu masih sayang aku makanya kamu cemburu melihat aku bersama laki-laki lain.
tapi maafkan aku sekali lagi, waktu yang harus memisahkan kita. Aku harap kamu bisa menemukan gadis yang lebih dari aku, gadis yang cantik, periang, tidak egois dan tidak sakit sakitan seperti aku. Oh iyaa .. maafkan juga kalau aku udah marahin kamu waktu itu, aku juga cemburu sama seperti kamu Rang.
Kayaknya aku nggak bisa bertahan lama lagi, aku harus kembali tidur untuk waktu yang panjang.
Jaga kesehatan ya Rang, dan jangan lupakan aku :-)

Oyasustella ^^

Stella Cornelia Winarto
Seketika seluruh air mataku jatuh tak tertahankan, aku tidak menyangka kalau dia pergi secepat ini. Dan ibu yang berada di sampingku itu menjadi bingung,

“nak kenapa menangis ?”

“jadi Stella anak ibu ? kenapa dia menyembunyikan sakitnya bu ?” kataku sambil menangis.

“jadii ...”

“iya bu , saya Rangga, pacarnya Stella”

“berarti saya telah menemukan orang yang berhak atas surat itu”

“kenapa bu? kenapa dia menyembunyikan penyakitnya dari saya?”

“Stella adalah anak yang tegar. Selama dia mampu dia tidak akan meminta bantuan orang lain , dia ingin seperti anak anak lain. Leukimia itu sudah ia derita sejak 2 tahun yang lalu, namun ia ingin semua menganggapnya sebagai seorang Stella yang sehat dan ceria, bukan Stella yang sakit sakitan dan patut dikasihani”.

aku masih tidak percaya semua ini terjadi, aku merasa sangat bersalah karena hanya masalah kecil saja aku menjauhi Stella. Dan sekarang aku hanya bisa menyimpan pemberian terakhir Stella sambil berharap saat aku membuka mata, ia berdiri di hadapanku saat ini. -TAMAT-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar